TUGAS UTS SASTRA
LISAN.
Nama :
Putri Beny Mawarsih
NIM : 170621100023
Kelas : PBI 3A
Dosen Pengampu : Ahmad Jami’ul Amil, M.Pd.
Soal
1. 1 Uraikan
sejarah dan perkembangan sastra lisan di Eropa, Asia Tenggara, dan Indonesia!
2. 2. Jelaskan
pemikiran tokoh tokoh sastra lisan aliran Perancis dan Amerika!
3. 3. Uraikanlah
teori penyebaran sastra lisan dan teori migrasi lisan!
4. 4. Jelaskan
pengertian folklore, sastra lisan, dan tradisi lisan!
5. 5. Buatlah
judul penelitian sastra lisan dan jelaskan menggunakan teori apa untuk mengkaji
judul tersebut!
Jawaban
1. 1. Pertama,
adalah sejarah dan perkembangan sastra lisan di Eropa. Bentuk minat untuk
sastra lisan di Eropa Barat pada abad ke-18 yaitu munculnya reaksi terhadap
klasisme yang menyanjung-nyanjung zaman klasik sebagai puncak kebudayaan
manusia. Minat sastra tersebut muncul dalam bentuk nyanyian-nyanyian dan dalam
pemakaian bahasa spontan oleh masyarakat primitif. Sastra lisan primitif
tersebut, misalnya balada, dongeng-dongeng rakyat. Perkembangan sastra lisan di
Eropa terjadi pada abad ke 18, dalam rangka perkembangan kebudayaan yang lebih
luas, yang sering disebut Romatik. Berkat perkenalan dengan dunia lain, manusia
yang disebut primitif ditemukan oleh manusia Eopa Barat. Orang yang disebut
primitif dimuliakan karena nyanyian nyanyian dan dalam pemakaian bahasa
spontan. Dan di pihak lain, penyair Barat sendiri mulai menciptakan karya yang
meneladani sastra lisan yang primitif itu.
Kedua, adalah perkembangan
sastra lisan di Asia Tenggara. Karena di Asia Tenggara merupakan rumpun Melayu. Bahasa sanskrit telah mempengaruhi bahasa melayu sejak pengaruh kebudayaan
hindu hingga zaman kedatangan Islam pada abad ke 13 masehi. Banyak perkataan
sanskrit atau hindu tua yang dipinjam dan masih dipakai dalam bahasa
melayu sampai sekarang. Dalam keagamaan seperti sembahyang, dewa, dewi, dosa,
siksa, nirwana. Syurga, neraka, restu serta sebagainya, dan dalam kehidupan
sehari-hari seperti budi, karya, jasa, gajah, cipta, boneka, negara, guru,
harta, warna,duka, jiwa dan beratus ratus kata sanskrit lain yang tanpa sadar
kita pakai itu berasal dari bahasa Hindu tua. Disamping bahasa, pengaruh sastra
India juga banyak berkembang dalam sastra melayu. Epik-epik ramayana dan
mahabarata telah melahirkan berbagai prosa atau hikayat dalam sastra melayu.
Unsur-unsur sastra Hindu juga mempengaruhi cerita-cerita pelibur lara, cerita
jenaka, cerita berbingkai dan sebagainya. Begitu juga pengaruh dalam puisi
melayu seperti mantra, seloka dan gurindam.
Ketiga, adalah
perkembangan sastra lisan di Indonesia, sudah mulai terjadi sejak dahulu,
dimulai dengan kemunculan dongeng yang diceritakan oleh leluhur kepada anak
anaknya. Jadi, telah terbentuk rantai dongeng yang tidak putus hingga generasi
mereka. Setelah berdongeng, mereka lanjutkan dengan berteka teki dengan ciri
khas masing masing anak. Perkembangan sastra di Indonesia dimulai dari sastra
lisan karena manusia mengenal tulisan setelah ia mengenal lisan. Jadi segala
kebudayaan yang dituturkan secara lisan dan diwariskan dengan metode lisan
dalam kajian sastra lisan, yang meliputi cerita rakyat, teka teki rakyat, drama
kerakyatan, syair, gurindam, dan lain lain. Di Indonesia, pengumpulan bahan
cerita rakyat, puisi rakyat, dan teka teki rakyat dilakukan pada abad ke 19
oleh penyiar agama nasrani dari Eropa. Kesimpulannya adalah perkembangan sastra
lisan di Indonesia dimulai dari kegiatan penerjemah Kitab Injil yang sejak awal
abad 19 diutus ke Hindia Belanda oleh Lembaga Alkitab Belanda, dengan tugas
utama untuk menerjemah Kitab Injil dalaam berbagai bahasa Nusantara, tetapi
mereka selalu ditugaskan pula sebagai persiapan bagi tugas utama, untuk secara
ilmiah meneliti bahasa dan kesusastraan.
2. 2. Aliran Perancis, Istilah sastra bandingan kali pertama muncul di negara
Inggris yang dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand
Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard.
Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor
aliran Perancis atau aliran lama (Hutomo, 1993: 1). Pada perkembangan selanjutnya,
sastra bandingan ini juga berkembang di Amerika, mengembangkan konsep-konsep
sastra bandingan aliran Perancis, sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini
disebut sebagai aliran baru (Hutomo, 1993: 1). Aliran Perancis sebagai aliran
lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah pembandingan sastra secara
sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo, 1993: 1). Sastra Bandingan
versi aliran Perancis hanya membolehkan pengkajian karya sastra dengan jenis
karya yang sama dan setara. Sejenis dan setara yang dimaksud misalnya puisi
dengan puisi, cerpen dengan cerpen, naskah drama dengan naskah drama, dan
seterusnya. Meskipun pada akhirnya hal ini juga mengalami perkembangan melalui
berbagai terobosan, misalnya puisi dengan novel, drama dengan roman dan
seterusnya. Sedikitnya aliran Perancis tidak menerima kemunculan aturan Sastra
Bandingan versi Amerika ini. Mereka menyebut aliran Amerika telah menjadikan
Sastra Bandingan kehilangan isi dan tujuan pengkajiannya sendiri. Aliran
Perancis dianggap sebagai aliran klasik.
Aliran Amerika, versi aliran Amerika menganggap
pengkajian Sastra Bandingan seharusnya tidak sebatas itu saja, Kajian Sastra
Bandingan tidak disempitkan. Dengan alasan itu, aliran ini pun memperkenalkan
pengkajian perbandingan karya sastra dengan disiplin seni lain, misalnya puisi
dengan lukisan, puisi dengan patung, cerpen dengan lagu, atau puisi dengan seni
arsitek, aliran Amerika dipandang sebagai aliran yang lebih moderen. Aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika
tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan,
tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo,
1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam
praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika
(Hutomo, 1993: 4).
3. 3. Teori
penyebaran sastra lisan, ada dua teori yang tersebar di
Eropa, yakni teori monogenesis dan teori polygenesis. Pada monogenesis
dimaksudkan bahwa suatu penemuan diikuti proses difusi atau penyebaran.
Sementara poligenesis yakni berarti penemuan penemuan itu sendiri.
Teori
monogenesis dipelopori oleh Jacob dan Wilhelm Grimm yang hidup pada abad 19 M.
Grimm menyatakan bahwa dongeng yang telah mereka kumpulkan di Jerman sebenarnya
adalah mite yang sudah rusak, yang berasal dari rumpun Indo – Eropa Kuno. Di
pihak lain, Max Muller berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa semua
nama dewa utama Eropa melambangkan fenomena matahari. Lalu, teori poligenesis
dipelopori oleh Andrew Lang. Menurut pandangannya, setiap kebudayaan di dunia
mempunyai kemampuan untuk melahirkan unsur unsur kebudayaan yang sama dalam
setiap taraf evolusi yang sama. Apabila ada motif cerita rakyat yang sama dari
beberapa negara karena masing masing negara memiliki kemampuan untuk
menciptakannya secara berdiri sendiri maupun sejajar.
Migrasi sastra lisan, perpindahan
sastra lisan dapat dibandingkan dengan perpindahan “kata kata budaya”. Sebab
sastra lisan penyampainnya dari mulut ke mulut melalui media bahasa. Cerita
dari bahasa satu berpindah ke bahasa yang lain, atau dari dialek yang satu ke
dialek yang lain. Selain itu menurut Benfey [dalam Hutomo, 1991 : 75] migrasi
juga dapat terjadi melalui sastra tulis. Migrasi dapat terjadi karena
perpindahan a whole community. Misalnya
perkawinan, perpindahan orang. Pewarisan sastra lisan dapat berupa horizontal
maupun vertikal. Pewarisan horizontal misalnya dari tetangga ke tetangga, atau
dari media sosial. Sedangkan pewarisan secara vertikal adalah dari orang tua
kepada anaknya.
4. Folklor, Folklore
merupakan gabungan dari dua kata Folk dan Lore, Kata Folklore Berasal dari
bahasa Inggris yang masing-masing memiliki arti sebagai berikut: Folk adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri khas tertentu seperti kebudayaan,
fisik yang membedakan dengan kelompok lainnya. Lore adalah
kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan maupun
Isyarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Folklor adalah adat
istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun,
tetapi tidak dibukukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Folklore adalah
suatu kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun dari
generasi ke generasi. Baik itu dalam bentuk lisan maupun isyarat. Folkore
identik dengan tradisi dan kesenian yang telah berkembang pada zaman sejarah
yang telah menyatu didalam kehidupan masyarakat.
Sastra lisan, Sastra lisan adalah berbagai tuturan
verbal yang memiliki ciri-ciri sebagai karya sastra pada umumnya, yang meliputi
puisi, prosa, nyanyian, dan drama lisan. Sastra lisan (oral literature)
adalah bagian dari tradisi lisan (oral tradition) atau yang biasanya
dikembangkan dalam kebudayaan lisan (oral culture) berupa pesan-pesan,
cerita-cerita, atau kesaksian-kesaksian ataupun yang diwariskan secara lisan
dari satu generasi ke generasi lainnya (Vansina, 1985: 27-28). Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan yang jelas bahwa sastra lisan itu sekumpulan karya
sastra atau teks-teks lisan yang memang disampaikan dengan cara lisan, atau
sekumpulan karya sastra yang bersifat dilisankan yang memuat hal-hal yang
berbentuk kebudayaan, sejarah, sosial masyarakat, ataupun sesuai ranah
kesusasteraan yang dilahirkan dan disebarluaskan secara turun temurun, sesuai
kadar estetikanya.
Tradisi lisan, adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara
turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan atau kesaksian
itu disampaikan melalui ucapan, pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun,
cerita rakyat, nasihat, balada, atau lagu. Pada cara ini, maka mungkinlah suatu
masyarakat dapat menyampaikan sejarah lisan, sastra lisan, hukum lisan dan pengetahuan lainnya
ke generasi penerusnya tanpa melibatkan bahasa lisan.
5. Judul
penelitian sastra lisan, penelitian dengan judul “Analisis Mitos Lembu Suro di Kediri
Menggunakan Teori Strukturalisme Levi-Strauss” Analisis struktural Lévi-Strauss banyak
memanfaatkan data etnografi. Pendekatan
dan cara kerja penelitian Levi-Strauss dikemukakan dalam bukunya Mythologiques.
Sepintas lalu mitos tampak aneh, tidak memiliki arti,tetapi bagi Levi-Strauss,
mitos memiliki tata bahasa tertentu. Mitos bahkanmerupakan sebuah alat logika
untuk menjelaskan berbagai kontradiksi yangdialami umat manusia. Mitos
merupakan hasil kreatifitas kejiwaan manusia yang bebas.
TERIMA KASIH.